2016/12/12

Makam Sunan Bungkul (Mertua dari Raden Paku) Di Surabaya

Makam Sunan Bungkul Surabaya, atau biasa disebut sebagai Mbah Bungkul, berada di dalam kompleks Taman Bungkul yang lokasinya berada di tepi Jalan Raya Darmo, sebuah jalan elit di kawasan Surabaya. Akses ke Makam Sunan Bungkul berada di sisi belakang Taman Bungkul, melewati deretan warung yang siang itu ramai dengan pengunjung.


Makam Sunan Bungkul
Ada beberapa versi tentang siapa sesungguhnya tokoh yang dikenal dengan nama Sunan Bungkul ini. Salah satu versi itu menyebutkan bahwa Sunan Bungkul adalah nama lain dari Ki Ageng Supo, atau Mpu Supo, seorang bangsawan dari jaman Kerajaan Majapahit yang setelah memeluk Islam lalu beliau menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin.

Sunan Bungkul adalah salah satu mertua Raden Paku, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri, setelah Raden Paku secara tidak sengaja memungut buah delima dari Sungai Kalimas. Tanpa diketahuinya, Sunan Bungkul telah memiliki niatan bahwa barang siapa yang menemukan buah delima itu akan ia jodohkan dengan puterinya yang bernama Dewi Wardah.

Mbah Bungkul pun kini diyakini sebagai salah satu wali besar di Surabaya. Peziarah yang berkunjung ke makam Ampel pasti akan berkunjung pula ke komplek makam yang berada di Jalan Progo ini.
Anggapan lain meyakini bahwa Mbah Bungkul dapat dikategorikan sebagai wali lokal, seperti konsep sejarawan Sartono Kartodirdjo dengan sebutan tokoh Islamisasi tingkat lokal. Keberadaan Mbah Bungkul sejajar dengan Syeh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dan wali lokal lainnya yang banyak tersebar di berbagai kota. Makam Mbah Bungkul pun terasa sunyi di antara ingar-bingar warga kota yang terus meramaikan taman Bungkul setiap saatnya.

Untuk masuk ke dalam makam, pada umumnya pengunjung melewati gerbang paduraksa di dalam makam Sunan Bungkul yang membatasi bagian luar dengan bagian tengah makam. Gerbang paduraksa adalah gerbang dengan penutup di bagian atasnya, sedangkan candi bentar merupakan gerbang tanpa penutup. Setelah masuk gerbang paduraksa terdapat sebuah surau kecil yang konon dibangun oleh Sunan Bungkul bersama dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel).


EmoticonEmoticon