Siapa yang tak kenal mbah hasan muhibal atau yang lebih akrab dikenal dengan nama mbah hadi giri kusumo, beliau adalah seorang mursyid thariqoh naqsabandiyah-khalidiyah di daerah girikusumo, banyumeneng mranggen, demak.
Mbah hadi merupakan putra dari mbah Tohir bin shodiq bin ghozali klaten, kalau diurutkan ke atas lagi beliau masih memiliki darah keturunan kyai ageng pandanaran I, Sunan tembayat klaten.
Mbah muhibal atau mbah hadi giri kusumo merupakan sosok seorang yang religius, beliau memiliki peran yang amat besar dalam penyebaran agama islam di daerah girikusumo. Sedangkan nama girikusumo sendiri konon berasal dari kata giri dan kusumo,yang artinya gunung dan kembang. Jadi, menurut istilah desa girikusumo adalah kembangnya gunung, cocok dengan istilahnya karena letak girikusumo memang berada di gunung ungaran, hal ini bisa diartikan bahwa girikusumo memang kembangnya gunung ungaran.
Mbah hadi mempunyai tiga putra, diantaranya bernama manshur, sirojudin, dan zahid. Ketiga putranya juga menjadi guru thoriqoh naqsabandiyah, dalam mengembangkan dakwah syiar nya mbah zahid dan mbah sirojudin ditugaskan di girikusumo untuki meneruskan perjuangan ayahnya sedangkan mbah mansyur ditugaskan untuk syiar mengembara ke Surakarta.
Kepemimpinan pondok pesantren dipegang sepenuhnya oleh mbah hadi, tetapi setelah Mbah hadi wafat pada tahun 1931, diwariskannya pada mbah zahid putranya. Berdasarkan cerita orang didengar saat prosesi pemakaman mbah hadi terjadi sebuah fenomena aneh luar biasa, yaitu ada batu besar didekat calon makam mbah hadi girikusumo konon banyak warga yang berupaya mengangkat batu itu secara bersama-sama bergantian alhasil tidak ada yang mampu mengangkatnya. Akan tetapi, mbah manshur sendiri lah yang sanggup untuk mengangkat dan memindahkan batu tersebut.
Jalan ke arah makam mbah hadi girikusumo |
EmoticonEmoticon