2016/12/15

Makam Ratu Kalinyamat Di Mantingan, Jepara

Makam Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara, di dalam cungkup besar bersama makam suaminya, yaitu Pangeran Hadlirin, serta sejumlah kerabat. Kompleks makam di belakang Masjid Astana Sultan Hadlirin itu cukup luas, dan di luar tembok ada kompleks pemakaman umum.


Makam Ratu Kalinyamat
Jalan dari halaman masjid ke gerbang makam agak melengkung, dan di kiri terlihat akses masuk dari selatan dengan melewati gapura bertulis syahadat yang dipindahkan dari jalan raya. Area di dalam kompleks masjid dan Makam Ratu Kalinyamat Mantingan Jepara kondisinya terlihat baik.

Ratu Kalinyamat adalah seorang perempuan yang mendirikan kerajaan kecil di Mantingan, dekat Jepara. Istri Sultan Hadirin ini terpaksa menjadi janda pada tahun 1549 setelah suaminya dibunuh oleh Aryo Penangsang. Karena sangat berduka kehilangan suaminya, Ratu Kalinyamat dikisahkan bertapa agar dapat membalas kematian suaminya.

Konon Ratu Kalinyamat bersumpah tidak berpakaian (ningrat) sebelum berkeset kepala Arya Penangsang. Kiranya seperti ini, “Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung bisa kramas getihe lan kesed jambule Aryo Penangsang.”

Situs tempat pertapaan Ratu Kalinyamat ini berada di Desa Tulakan, Kecamatan Keling, sekitar 40 kilometer arah timur laut Kota Jepara, atau 78 kilometer dari Kota Kudus, Jawa Tengah. Di sana, ada salah satu sudut bukit yang kini menjadi Desa Tulakan, tempat Ratu Kalinyamat bertapa selama bertahun-tahun tanpa busana dan hanya berbalutkan rambutnya yang panjang.

Pertapaan Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat kemudian bersekutu dengan adik iparnya, Adipati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir), untuk menghentikan Arya Penangsang. Arya Penangsang kemudian tewas oleh keris Kyai Setan Kober yang dicabutnya sendiri setelah memotong ususnya yang terburai karena robek terkena tombak Kyai Plered Sutawijaya.

Ratu Kalinyamat tidak memiliki anak kandung, tetapi Ratu kalinyamat di beri kepercayaan untuk merawat keponakannya sebagai anak angkat, yaitu:  Pangeran Timur Rangga Jumena (putra bungsu Sultan Trenggana) yang kemudian menjadi bupati Madiun dan Arya Pangiri (putra dari Sunan Prawata) yang kemudian menjadi penguasa Demak.

Namun sebelumnya beliau sempat menjadi Raja Pajang dan mendapat gelar Sultan Ngawantipura. disaat itulah dengan bantuan Panembahan Kudus pada tahun 1583 beliau berhasil naik tahta atas kerajaan Pajang dengan menggantikan Sultan Hadiwijaya yang telah meninggal dunia akibat sakit parah sepulang dari perang dengan Mataram melawan anak angkatnya sendiri, Sutawijaya. Sepeninggal Hadiwijaya, terjadi perebutan takhta antara Pangeran Benawa yang merupakan putra dari Sultan Hadiwijaya sendiri dengan Arya Pangiri, menantunya yang dimenangkan oleh Arya Pangiri.

Silsilah Ratu Kalinyamat
Namun pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram sehingga kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal ini kemudian membuat Pangeran Benawa yang tersingkir ke Jipang prihatin. Pada 1586 ia lalu bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Arya Pangiri kalah. Ia lalu dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.


EmoticonEmoticon