2016/10/20

BUJUK PACORAN Makam Syekh Maulana Ishaq

Bujuk artinya makam, sedangkan pacoran adalah nama sebuah dusun yang berada di Desa Kembangsambi, Kec. Mlandingan, Kab. Situbondo. Di sanalah orang datang untuk melakukan tirakat dengan cara berpuasa atau bertapa sampai beberapa hari lamanya.

Karena letaknya berada di sebuah bukit berbatu yang agak menjorok ke laut, di bibir pantai Pasir Putih, maka pemandangan Bujuk Pancoran sangat indah dan eksotis sekali. Apalagi kalau bulan sedang purnama dan terlihat bundar di balik bebatuan dan pohon-pohon yang besar tinggi menjulang. Siapa pun tentu akan betah berlama-lama memandanginya.

BUJUK PACORAN Makam Syekh Maulana Ishaq
Bujuk Pacoran bukan hanya sebuah kuburan, tetapi dilengkapi pula dengan bangunan seperti makam makam para wali pada umumnya. Makam induk letaknya paling tinggi diantara bangunan yang ada dengan dikelilingi oleh tembok. Di depan, belakang dan sebelah kiri makam induk terdapat sebuah bangunan tanpa sekat yang diperuntukkan bagi peziarah yang ingin beristirahat atau bermalam. Sedangkan di sebelah kanan makam induk terdapat tiga buah makam yang bentuknya lebih sederhana.

Popularitas Syeikh Maulana Ishaq sebagai raja muda ternyata membuat cemas raja mblambangan. Ia khawatir kalau nanti Syeikh Maulana Ishaq bakal menggeser kedudukannya. Karena seluruh rakyat kerajaan mblambangan sangat dekat raja muda daripada rajanya sendiri. Berangkat dari rasa khawatir tersebut, raja mblambangan lantas mengusir Syekh Maulana Ishaq dari kerajaan mblambangan. Padahal saat itu Dewi Sekardadu sedang mengandung anak pertamanya. Syeikh Maulana Ishaq lalu kembali ke puncak bukit Dusun Pancoran sampai kemudian meninggalkan dan dimakamkan di sana.

Dewi Sekardadu kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang lalu dibuang ke Laut Jawa. Bayi tersebut lalu ditemukan oleh seorang janda kaya yang kebetulan tidak memiliki anak, namanya Nyi Ageng Pinatih. Karena menemukannya di laut, bayi yang malah itu diberi nama Raden Samudra. Setelah dewasa, Raden Samudra mendapat sebutan Raden Paku, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Sunan Giri.

Pada malam jumat legi, Bujuk Pacoran banyak dikunjungi oleh para peziarah. Seperti halnya makam para wali, sepanjang jalan menuju ke makam banyak penjual bunga dan kemenyan sebagai kelengkapan berziarah. Untuk mengantisipasi melimpahnya tamu yang datang dan demi terciptanya ketertiban tata cara berziarah, semua tamu harus menunggu giliran untuk bisa masuk ke makam induk. Setelah mereka bisa masuk ke makam induk, bunga dan kemenyan diserahkan kepada sang juru kunci yang sekaligus sebagai pemandu doa. Setelah do'a selesai dipanjatkan, peziarah dipersilahkan untuk mengambil bunga dari peziarah sebelumnya yang telah bertabur di atas pusara. Barang sekuntum atau dua kuntum ditambah sisa kemenyan yang diberikan oleh juru kunci.



EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)